Kamis, 23 April 2015

KEMISKINAN



PENDAHULUAN
 Kemiskinan merupakan permasalahan kemanusiaan purba. Ia bersifat laten danaktual sekaligus. Ia telah ada sejak peradaban manusia ada dan hingga kini masih menjadi masalah sentral di dunia. Kemisikinan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi persoalan kemanusiaan lainnya, seperti keterbelakangan, kebodohan, ketelantaran, kematian dini. Problema buta huruf, putus sekolah, anak jalanan, pekerja anak, perdagangan manusia (humantrafficking) tidak bisa dipisahkan dari masalah kemiskinan. Meskipun penanganan kemiskinan bukan usaha mudah, diskusi dan penggagasan aksi-tindak tidak boleh surutkebelakang. Untuk meretas jalan pensejahteraan, pemahaman mengenai konsep dan strategi penanggulangan kemisikinan masih harus terus dikembangkan.
Tidak bisa diingkari bahwa kemiskinan global merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum dipecahkan secara menyeluruh. Ada beberapa program yang berusaha untuk mengatasi kemiskinan global tetapi belum menunjukkan hasil atau bahkan semakin meningkatkan kadar kemiskinan. Salah satu penyebab kemiskinan adalah adanya miss management sumberdaya tersebut secara efisien diantara pelaku ekonomi. Menurut Haralambos, untuk penyelesaian kondisi kemiskinan dibutuhkan dua langkah upaya :
Mengidentifikasikan dan mendefinisikan kemiskinan.
Mengkonstruksi cara-cara untuk mengukurnya.
Salah satu contoh negara yang merupakan negara termiskin didunia yaitu Republik Kongo dan negara Afganistan Menempati urutan paling miskin di dunia yang produk domestik bruto (PDB) per kapita nya penduduk Kongo sebesar US$342 atau Rp3 juta per tahun. Tingkat PDB Kongo sebesar US$10,7 miliar pada 2008 dengan mengandalkan perekonomian pada sektor pertanian, seperti kopi produk kayu, serta sumber alam seperti permata, emas dan minyak. 


Selain Republik Kongo, Afganistan juga termasuk dalam urutan negara termiskin di dunia dan sangat bergantung kepada pertanian dan penternakan. Ekonominya semakin lemah akibat ketidaktentuan politik dan aktiviti militan. Kemarau yang berpanjangan juga menambah kesulitan penduduk di sini sejak 1998. Lebih 70% penduduk Afghanistan meneruskan hidup dengan nilai pendapatan lebih kurang $2 sehari. Ekonomi Afghanistan yang banyak bergantung kepada tembakau lebih tergugat dan jatuh disebabkan perang.
Kemiskinan di kedua Negara tersebut menjadi dampak besar yang terjadi akibat perluasan . Globalisme dan liberalism yang melanda negara dunia ketiga menjadi hal yang mengganggu stabilitas politik negara dunia ketiga.Hingga saat ini isu kemiskinan masih melanda negara-negara dunia ketiga,salah satunya yang ada di benua Afrika tersebut.
Dengan latar belakang yang saya jelaskan diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang menjadi bagian penting dalam makalah ini, yaitu bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah Republik Kongo untuk membangun negara dalam masalah kemiskinan global. Dan apa saja kegiatan United Nations Development Programme sebagai lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mengantisipasi kemiskinan yang akan merebak dinegara-negara terbelakang dan sedang berkembang dengan upaya pencapaian Millenium Development Goals 
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kemiskinan melalui konsep orthodox. Supaya dapat mengetahui strategi yang akan dilakukan untuk penanggulanan masalah kemiskinan didunia. 

KEMISKINAN DI NEGARA KONGO DAN AFGHANISTAN
Kemiskinan merupakan masalah global yang membutuhkan penyelesaian secara cepat dan bilamana bisa, serempak. Selain itu, tidak bisa tidak kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi tetapi aspek seluruh kehidupan manusia. .
Dalam skala global penyebab kemiskinan secara umum dapat dinyatakan adanya ketidakadilan struktur global. Ketidakadilan Strutur global dalam hal ini dimaknai sebagai adanya penguasaan ide, bahan dasar kehidupan dan kesempatan oleh Negara-negara maju kepada Negara-negara terbelakang atau sedang berkembang. Sehubungan dengan pandangan tersebut diatas, Negara-negara terbelakang atau sedang berkembang memang sengaja dimiskinkan scara structural. Secara umum terdapat pandangan yang mepossisikan berhadapan antara negara-negara terbelakang atau sedang berkembang sebagai Timur dan Negara-negara maju sebagai Barat. Mengikuti teori modernisasi, Negara-negara Timur baru bias berkembang dalam satu garis linier, yang ditentukan dan berisi nilai-nilai Barat. Selain hal tersebut akan memunculkan kenyataan bahwa negara-negara terbelakang atau sedang berkembang selalu tertinggal, memiliki kesejajaran dengan negara-negara maju pun tidak dimungkinkan. 
Negara seringkali ditunjuk sebagai yang bertanggung jawab atas kemiskinan rakyatnya, karena seharusnya negara mampu membangun berbagai regulasi berkaitan dengan subsidi, kuota dan daya tahan terhadap pemanfaatan eksternal. Biar saja dalam hal ini secara simplisistis dilakukan pembelaan terhadap negara terhadap negara globalisasi tidak memungkinkan kedaulatan negara bersifat absolut. Demikian juga pemikiran tentang pasar bebas yang dianggap mampu memenuhi peningkatan dan kesejahteraan manusiapun juga dipertanyakan, etrutama berkenaan dengan pembagian dan penguasaan hasil upaya kemajuan. Namun demikian, para pembela pasar bebas akan menunjuk aturan-aturan yang dibentuk oleh negara sebagai penghambat penciptaan kesejahteraan. 
Republik Demokratik Kongo merupakan salah satu contoh negara termiskin didunia. Negara ini  terletak di Afrika Tengah dan terkurung daratan kecuali untuk area kecil yang mencapai Samudera Atlantik. Memiliki lahan seluas 2.345.409 km yang merupakan terbesar ke-11 didunia dan populasi lebih dari 75.000.000 yang ke-1 9. Wilayah ini didominasi oleh suku berbahasa Bantu, yang membangun hubungan perdagangan yang mengarah ke hulu Sungai Kongo. Republik ini adalah mantan koloni Perancis. Setelah kemerdekaan pada tahun 1960, bekas wilayah Prancis dari Kongo Tengah menjadi Republik Kongo. Republik Rakyat Kongo adalah partai tunggal negara Marxis-Leninis 1970-1991. Pemilu multipartai telah diselenggarakan sejak tahun 1992, Walaupun pemerintah yang dipilih secara demokratis digulingkan dalam Perang Saudara Republik Kongo tahun 1997.
Kongo memiliki pendapatan tahunan rata-rata $236 yang merupakan terkecil kedua didunia. Kongo memiliki lokasi pertambangan terkaya berlian, emas, perak, seng, mangan, timah, germanium, bauksit uranium, besi, batu bara dan radium dan sekitar 70% dari semua coltan di dunia, yang sebagian besar tidak sedang ditambang. Diperkirakann bahwa lebih dari $ 20 truliun pada mineral di tambah hilang $ 88.000.000 berutang ke Kongo dari perusahaan tambang dari negara lain dan kemiskinan negeri ini bisa dihilangkan. 


Jika Negara Republik Kongo merupakan Negara yang miskin berada di wilayah Afrika, maka Afganistan menjadi satu-satunya Negara miskin yang tidak terletak diwilayah Afrika, karena Negara ini terletak di Asia Selatan. Yang menjai kesamaan, Afganistan sama-sama miskinnya dan sama-sama memperihatinkannya dengan Negara-negara lain di Afrika. Lebih dari 70 persen rakyat Afganistan hidup dengan 2 dollar perh hari, akibat hancurnya system perekonomian di Negara tersebut. Pendapatan per kapita disana hanya sebesar U$$ 906. Untuk mendapatkan uang, banyak dari mereka yang akhirnya bergabung dengan organisasi penjual narkoba. Masalah norkoba terbilang sangat parah di Afghanistan, tidak hanya melibatkan warganya, tapi juga satuan kepolisiannya. 



Langkah-langkah untuk mengatasi kemiskinan di Negara Republik Kongo dan Afghanistan yaitu . Membentuk dana solidaritas dunia untuk penghapusan kemiskinan dan memajukan pembangunan sosial dan mayarakat, mengembangkan program nasional bagi pembangunan berkelanjutan dan pengembangan masyarakat daerah lokal dalam lingkup strategi nasional pengurangan kemiskinan, meningkatkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin serta organisasi kelompok masyarakat tersebut, mengembangkan kebijakan, cara-cara dan sarana untuk meningkatkan akses masyarakat adat/penduduk asli dan komunitas mereka terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi, dengan memperhatikan hakekat ketergantungan mereka selama ini pada ekosistem alami dimana,mereka hidup dan bekerja, Menyediakan pelayanan kesehatan dasar untuk semua kelompok masyarakat dan mengurangi ancaman terhadap kesehatan yang berasal dari lingkungan, menjamin anak-anak baik laki-Iaki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar serta memperoleh akses dan kesempatan yang sama pada semua tingkatan pendidikan, membangun prasarana dasar pedesaan, diversifikasi ekonomi dan perbaikan transportasi, serta akses pada pasar, kemudahan informasi pasar dan kredit bagi masyarakat miskin pedesaan, untuk mendukung pembangunan pedesaan dan pertanian secara berkelanjutan, Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan, dengan memajukan pola kemitraan produksi pangan berbasis masyarakat, memerangi kekeringan, mengurangi dampak bencana kekeringan dan bencana banjir, penggunaan informasi dan prakiraan iklim dan cuaca, sistem peringatan dini, pengelolaan sumberdaya tanah dan alam secara lestari, penerapan pertanian dengan memperhatikan koservasi ekosistem yang ditujukan untuk mengurangi kecenderungan degradasi tanah dan sumber daya air, Meningkatkan akses terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi untuk memperbaiki kesehatan manusia dan mengurangi angka kematian bayi.
Namun demikian, Pembangunan ekonomi harus diutamakan oleh Kongo dan Afghanistan. Pada umumnya dilakukan pembangunan yang dibantu oleh lembaga-lembaga internasional seperti United Nations Development Program (UNDP). Berbagai program pembangunan dibentuk dan diimplementasikan terutama berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja, pembatasan kelahiran dan peningkatan investasi asing. Dinegara sedang berkembang usaha pembangunan ini pada umumnya menempuh modal technokrati, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Inti pembangunan ekonomi adalah menaikkan tingkat kesejahteraan hidup suatu Negara, yang pada umumnya dikaitkan dengan tingkat pendapatan. dalam kaitannya dengan pendapatan, maka kemiskinan menjadi masalah utama Negara sedang berkembang. Pembangunan harus dipandang sebagai usaha untuk memperluas kebebasan subtantif atau human capability (sen:1999,49).konsep tentang human capability dalam hal ini dibedakan dengan human capital. Konsep human capital hanya memfokuskan perhatian kepada upaya untuk meningkatkan produksi atau cara agar manusia lebih produktif sehingga mampu memberi sumbangan besar bagi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan konsep human capability lebih mengacu kepada kebebasan manusia untuk mampu memenuhi kehendaknya terutama untuk bebas.kapabilitas merupakan elemen fundamental manusia karena semakin besar kapabilitas seseorang,makin besar pula kebebasan untuk merespon peluang-peluang yang ada.selain itu kapabilitas juga mampu mempengaruhi perubahan sosial dan ekonomi,hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sen bahwa kemiskinan terjadi karena adanya perampasan kapabilitas. 
Konsep human capability dapat dipahami dengan membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam konteks pembangunan. Pertumbuhan ekonomi pada umumnya diartikan sebagai upaya memproduksi barang lebih banyak tanpa memikirkan yang terjadi pada produsen maupun konsumennya. Tujuan utama pertumbuhan ekonomi adalah menaikan pendapatan perkapita.Sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut pengembangan kemampuan manusia yang berkaitan dengan peningkatanharapan hidup,bebas buta huruf,kesehatan dan pendidikan dalam masyarakat.dengan demikian perkembangan selalu berkenaan dengan peningkatan harkat manusia sehinga mampu merasa bergunakomunitasnya. Sehubungan dengan hal tersebut Sen berpendapat bahwa negara seharusnya berfokus kepada tujuan yang nyata,yakni: perkembangan potensi manusia.Selain itu sebaiknya peningkatan perkembangan ekonomi dipandang berbanding lurus dengan peningkatan anggota masyarakat yang bebas dari buta huruf dan harapan hidup dari pada pertumbuhan produksi atau tingkat pendapatan.
Masalah yang penting dalam pembangunan ialah bagaimana penggunaan lahan dan sumberdaya alam lainnya dengan sebaik-baiknya, tanpa mengakibatkan kerusakan atau degradasi yang disebabkan oleh proses- proses seperti pemupukan, pestisida, erosi, atau meluasnya penyakit-penyakit karena sanitasi buruk dan kesulitan pemenuhan kebutuhan air bersih. Praktek ini apabila tersedia cukup waktu akan memungkinkan ber-langsungnya regenerasi hutan, sehingga memungkinkan pemeliharaan dan pemulihan kesuburan tanah namun pertumbuhan penduduk yang cepat maka praktek ini akan lebih intensif. Faktor lain yang turut mempersulit pertanian berpindah ialah bahwa lahan-lahan luas yang secara tradisional dikuasai dan dimiliki oleh penduduk telah terjadi pengambilalihan oleh pemerintah untuk memproduksi kayu hutan atau dikonversi menjadi daerah perkebunan. Kondisi yang menyebabkan rasio luas lahan pertanian dengan populasi penduduk semakin rendah sehingga intensitas pengolahan lahan semakin tinggi maka akan mempercepat dan memperparah kerusakan lingkungan. Cara bertani yang mengandalkan penggunaan pupuk dan pestisida telah mempercepat penghancuran struktur desa-desa tradisional karena terjadinya perubahan distribusi kesejahteraan. Hanya petani yang memiliki modal yang tetap bertahan sementara petani miskin atau petani gurem semakin kesulitan melanjutkan kegiatan pertanian meskipun pertanian sebagai satu-satunya sumber pendapatan mereka. Penduduk miskin yang tidak mempunyai lahan akan terusir dari desa berpindah ke kota-kota besar mencari pemenuhan kebutuhan hidup tanpa bekal keterampilan apapun yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup. masuk ke hutan untuk membuka hutan karena lahan pertanian yang tersedia semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok sekalipun. Kondisi ini menambah masalah seperti pembuangan dan pengelolaan limbah, penyediaan air bersih, kekurangan perumahan dan pengangguran. Penebangan hutan, serta membuka lahan-lahan baru untuk digarap maka lahan-lahan marjinal pada lereng curam digarap tanpa memperhatikan konservasi tanah, sehingga erosi secara intensif sulit dihindarkan, produktivitas tanah menurun, longsor, banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau secara berkepanjangan membahayakan kelestarian lingkungan.

Pada tahun 1990-an, salah satu lembaga dunia UNDP, memperkenalkan pendekatan pembangunan manusia (human development) dalam mengukur kemajuan dan kemiskinan, seperti Human Development Index (HDI) dan Human Poverty Index (HPI). Pendekatan yang digunakan UNDP relatif lebih komprehensif dan mencakup faktor ekonomi, sosial dan budaya si miskin. Sebagaimana dikaji oleh Suharto (2002a:61-62), pendekatan yang digunakan UNDP berporos pada ide-ide heterodox dari paradigma popular development yang memadukan model kebutuhan dasar (basic needs model) yang dikembangkan oleh Paul Streeten dan konsep kapabilitas (capability) yang dikembangkan oleh Pemenang Nobel Ekonomi 1998, Amartya Sen.
Sebagai sebuah organisasi pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNDP berkerja untuk mengatasi kemiskinan melalui pembangunan manusia secara berkesinambungan. Agar usaha tersebut lebih terarah, dibentuk Millineum Development Goals(MDGs). Jaringan dan berbagai usaha koordinasi global UNDP terus berupaya agar MDGs sebagai sasaran pembangunan dapat diwujudkan. MDGs merupakan paradigma pembangunan global yang disepakati secara internasional dalam Konferensi Tingkat Tinggi Milineum PBB September 2000. Majelis Umum kemudian melegalkannya kedalam Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 55/2 tanggal 18 September 2000. Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa. 6 Sesuai dengan pemikiran Amartya Sen, UNDP mendefinisikan pembangunan berkenaan dengan MDGs sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi warga, a process of enlarging people’s choices. Dalam upaya mengatasi kemiskinan, manusia diposisikan sebagai the ultimate end, bukan instrument pembangunan. 7 Kegiatan UNDP sebagai lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mengantisipasi kemiskinan yang akan merebak dinegara-negara terbelakang dan sedang berkembang dengan upaya pencapaian Millenium Development Goals, yaitu
Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribus berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan keamanan.
Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai cultural dan kemanusiaan yang tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materiil, melainkan juga menumbuhkan harga diri dalam pribadi dan bangsa yang bersangkutan
Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan social bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan.
Thomas (1998) berpendapat bahwa pembangunan identik dengan dunia barat sehingga identik pula dengan Liberalism. Menurut pemikiran orthodox, secara tidak langsung pembangunan dalam suatu negara dapat dilihat dari tingkat Gross Domestic Product (GDP) per kapita dan dapat juga dilihat dari industri dalam negara tersebut. Industri merubah kultur budaya masyarakat yang sebelumnya merupakan masyarakat agraris menjadi masyarakat modern yang akrab dengan uang, modal dan perilaku konsumtif. 
Pendekatan critical menolak pandangan orthodox yang menyebutkan bahwa GDP dan industri akan meningkatkan ekonomi. Menurut pandangan critical, GDP tidak menyentuh sektor ekonomi informal dan industri akan menyebabkan terjadinya eksploitasi. Dengan begitu maka market akan dikuasai dan akan meningkatkan standar hidup. Dalam pandangan critical, pembangunan adalah bagaimana usaha untuk menyatukan materi dan non materi sehingga menimbulkan sebuah karya. Tidak seperti orthodox yang mementingkan individu, critical juga mempertimbangkan kebutuhan dasar manusia, kondisi alami lingkungan dan memberi kewenangan pada kaum marginal untuk berpartisipasi.
GDP dan industri banyak mengabaikan isu-isu penting penting seperti tidak mencukupi kebutuhan para tenaga kerja dan yang sangat jelas terasa adalah terjadinya kesenjangan yang sangat besar antara si kaya dan si miskin. GDP dan industri sangat berpengaruh terhadap lingkungan seperti menyebabkan polusi udara, namun itu tidak diperhatikan karena yang terpenting adalah keuntungan. Individu-individu pemilik modal juga berupaya untuk menguasai pemerintahan agar kepentingannya semakin mudah terpenuhi. Pendekatan orthodox juga mengabaikan bagaimana kolonialisme mencengkeram negara-negara berkembang, walaupun hal tersebut sekarang tidak ada lagi namun muncul gaya baru dari kolonalisme yaitu neokolonialisme. Dimana negara-negara berkembang menjadi subordinat negara-negara maju, sehingga secara tidak langsung negara-negara berkenbang ini menjadi sangat tergantung kepada negara maju dan negara-negara berkembang akan dieksploitasi oleh negara maju. Perdagangan bebas yang katanya akan menguntungkan semua individu nyatanya hanya menguntungkan segelintir elit saja dan mayoritas tenaga kerja dalam bidang produksi masih tetap miskin.
Kedua pendekatan (orthodox dan citical) sama-sama sepakat bahwa rintangan pembangunan adalah utang luar negeri. Pendekatan orthodox melihat bahwa negara ingin mensejahterakan rakyatnya dengan membangun berbagai fasilitas, namun dengan belanja negara yang besar dan tingginya angka konsumsi di tingkat domestik membuat negar-negara berkembang tidak mampu mewujudkan kesejahteraan tersebut. Maka mereka akan meminjam dana dari luar negeri dan menggunakannya untuk keperluan dalam negeri seperti subsidi dan meningkatkan militer. Utang luar negeri ini akan menjadi hambatan dalam pembangunan negara-negara berkembang, selain kewajiban untuk mengembalikan utang tersebut berikut bunganya negara juga akan terbebani untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya yang harus selalu disubsidi. Sedangkan pendekatan critical berpendapat bahwa utnang luar negeri negar-negara berkembang dimulai saat IMF dan Bank Dunia memberikan pinjaman untuk pembangunan ekonomi, namun terjadinya ketidakstabilan ekonomi dunia pada tahun 1970-an membuat negara berkembang tidak mampu untuk menjalankan rencana ekonomi yang sudah dibuat. Mereka malah semakin memperbesar pinjaman luar negeri tapi justru digunakan untuk bertahan dari krisis bukan untuk mengembangkan ekonomi.
Utang luar negeri negara-negara ketiga ini semakin meningkat saat negara-negara penghasil minyak (OPEC) menghentikan suplai minyak dunia ketika terjadi konflik negara Arab-Israel. Negara-negara berkembang yang menggantungkan suplai minyak pada OPEC semakin sulit memenuhi kebutuhan energi dalam negeri sehingga kembali membuat utang luar negeri.
Lembaga pemberi pinjaman tersebut diantaranya adalah World Bank. World Bank yang dibentuk tahun 1945 terdiri dari 4 badan bawahan yaitu:
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD).
IBRD merupakan lembaga keuangan multilateral yang didirikan tahun 1945 dengan anggota 181 negara. Semula memiliki misi untuk membiayai rekonstruksi negara-negara yang hancur akibat Perang Dunia II namun sekarang misi itu meluas menjadi usaha untuk mengurangi tingkat kemiskinan terutama di negera dunia ketiga. IBRD memberi modal untuk peningkatan kapasitas produksi.
Ada beberapa kritik terhadap pembangunan yang dianggap melanggengkan permasalahan ini. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Raul Prebisch. Prebisch menganggap cara-cara pembangunan seperti revolusi industri yang dilakukan olehnegara maju pada masa lampau tidak bisa diterapkan pada negara berkembang saat ini,dan justru dengan adanya pembangunan membuat negara berkembang menjadiketergantungan. Adanya perkembangan dalam pembangunan pada saat ini masih belum bisa menyelesaikan masalah kemiskinan.
Meskipun demikian, kemiskinan tidak semata muncul akibat neoliberal. Namun juga banyak hal lain yang membuat masalah ini meskipun menjadi dari prioritas utama dalam pembangunan menjadi sulit terpecahkan. Korupsi, sistem pemerintahan yang buruk, perubahan iklim, tingginya angka kelahiran manusia, bencana alam, krisis ekonomi, dan problematika sosial lainnya menjadikan masalahkemiskinan dan kesenjangan ini menjadi semakin pelik.
           Namun demikian, bila dicermati, baik pendekatan modernisasi yang dipelopori oleh para pendahulunya, maupun pendekatan popular development yang digunakan UNDP belakangan ini, keduanya masih melihat kemiskinan sebagai individual poverty dan bukan structural and social poverty. Sistem pengukuran serta indikator yang digunakannya terpusat untuk meneliti “kondisi” atau “keadaan” kemiskinan berdasarkan variabel-variabel sosial-ekonomi yang dominan. Kedua perspektif tersebut masih belum menjangkau variabel-variabel yang menunjukkan dinamika kemiskinan.
Kini, setelah pendekatan-pendekatan di atas dianggap belum memenuhi harapan dalam mengkaji dan menangani kemiskinan, perspektif kemiskinan yang bersifat multidimensional dan dinamis muncul sebagai satu isu sentral dalam prioritas pembangunan. Munculnya isu ini tidak saja telah melahirkan perubahan pada fokus pengkajian kemiskinan, terutama yang menyangkut kerangka konseptual dan metodologi pengukuran kemiskinan, melainkan pula telah melahirkan tantangan bagi para pembuat kebijakan untuk merekonsktruksi keefektifan program-program pengentasan kemiskinan. Kesadaran akan pentingnya penanganan kemiskinan lokal yang berkelanjutan yang menekankan pada penguatan solusi-solusi yang ditemukan oleh orang yang bersangkutan semakin mengemuka. Pendekatan ini lebih memfokuskan pada pengidentifikasian “apa yang dimiliki oleh orang miskin” ketimbang “apa yang tidak dimiliki orang miskin” yang menjadi sasaran pengkajian.
Penghapusan kemiskinan menjadi tantangan global terbesar yang dihadapi Kongo dan Afghanistan. dan karenanya menjadi syarat mutlak bagi pembangunan berkelanjutan. Maka itu para pemimpin negara sedunia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium
di Perserikatan Bangsa-Bangsa , New York tahun 2000 menetapkan upaya mengurangi separuh dari kemiskinan di dunia sebagai. Tujuan Pembangunan MDG bagi negara-negara anggota PBB yang harus dicapai melalui 8 jalur sasaran :
mengurangi separuh proporsi penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1
dollar AS per hari dan proporsi penduduk yang menderita kelaparan;
mengurangi separuh proporsi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses pada
air minum yang sehat;
menjamin semua anak, laki-lakidan perempuan, menyelesaikan sekolah dasar;
menurunkan hingga 2/3 kematian bayi & anak dibawah usia lima tahun;
menghentikan penyebaran penyakit HIV / AIDS, malaria dan jenis penyakit
menular lainnya;
     5.  Menghilangkan ketidaksetaraan gender di sekolah;
     6.  menerapkan dengan konsekuen kebijakan pembangunan berkelanjutan;
     7. mengembangkan kemitraan untuk pembangunan di semua tingkatan
MDG 2 yang menyediakan pendidikan yang universal bagi anak laki2 dan perempuan. Selanjutnya masuk ke MDG 3 yang bertujuan untuk menaikkan persamaan hak bagi perempuan, yang memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan akses dalam pendidikan dalam semua tingkatan. MDG 4 dan MDG 5 berpusat dalam mengurangi tingkat kematian anak2 dan meningkatkan kesehatan ibu2 secara respek. Lalu dilanjutkan dengan MDG 7 yang bertujuan untuk memerangi AIDS dan penyakit2 yang berinfeksi lainnya. Selanjutnya, MDG7 dan MDG 8 berfokus pada menjaga keseimbangan perkembangan tersebut dan membangun partner global untuk perkembangan itu sendiri
Strategi pengurangan kemiskinan tidak akan berhasil apabila tidak diintegrasikan dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan yang secara sadar merubah pola konsumsi masyarakat dan produksi yang tidak mendukung keberlanjutan keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan makin luasnya kerusakan, degradasi, dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh kesalahan manusia. Kerusakan lingkungan akibat penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan dan tak bertanggungjawab. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam melebihi ambang batas daya dukungnya, penggunaan teknologi, peralatan, kegiatan yang menghasilkan limbah dan pencemaran Iingkungan, merusak ekosistem, bahkan kegiatan yang justru akan merugikan masyarakat.
Isu2 perkembangan internasional memadukan isu2 kolonialisme, perdagangan, stabilitas financial, dan gender. Berbagai pendekatan telah dilakukan untuk menjelaskan bagaimana perkembangan hal tersebut. Tradisional realis, liberal, dan liberal feminis cenderung untuk melihat melalui perkembangan tersebut melalui pandangan ortodoks. Neorealis menyatakan bahwa permainan ekonomi yang aneh dan ganjil mampu membuat great power untuk mengeksploitasi perkembangan Negara melalui peningkatan ekonomi suatu Negara. Marxis dan beberapa feminis berpendapat bahwa perkembangan ekonomi, baik dalam pandangan ortodoks atau secara umum, tidak mungkin berada d tangan pasar yang dibawahi oleh para kapitalis
Hampir semua pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma modernisasi (the modernisation paradigm) yang kajiannya didasari oleh teori-teori pertumbuhan ekonomi, human capital, dan the production-centred model yang berporos pada pendekatan ekonomi neo-klasik ortodox (orthodox neoclassical economics) (Elson, 1997; Suharto, 2001; 2002a;2002b). Sejak ahli ekonomi “menemukan” pendapatan nasional (GNP) sebagai indikator dalam mengukur tingkat kemakmuran negara pada tahun 1950-an, hingga kini hampir semua ilmu sosial selalu merujuk pada pendekatan tersebut manakala berbicara masalah kemajuan suatu negara. Pengukuran kemiskinan yang berpijak pada perspektif kemiskinan pendapatan (income poverty) – yang menggunakan pendapatan sebagai satu-satunya indikator “garis kemiskinan” – juga merupakan bukti dari masih kuatnya dominasi model ekonomi neo-klasik di atas.




KESIMPULAN
konsep orthodox menyatakan kemiskinan merupakan kondisi dimana orang-orang tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli makanan atau kebutuhan-kebutuhan dasar mereka secara memuaskan.Pemahaman dasar tentang kemiskinan mengarah kepada kekurangan makanan, air bersih, dan sanitasi.
Hampir semua pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma modernisasi (the modernisation paradigm) yang kajiannya didasari oleh teori-teori pertumbuhan ekonomi. Neorealis menyatakan bahwa permainan ekonomi yang aneh dan ganjil mampu membuat great power untuk mengeksploitasi perkembangan Negara melalui peningkatan ekonomi suatu Negara. Marxis dan beberapa feminis berpendapat bahwa perkembangan ekonomi, baik dalam pandangan ortodoks atau secara umum, tidak mungkin berada d tangan pasar yang dibawahi oleh para kapitalis
Kebanyakan negara miskin terjadi pada negara yang berkembang. Negara miskin juga sering terjadi pada negara agraris.
 Kemiskinan sebuah negara dapat disebabkan karena beberapa faktor. Faktor sumber daya alam (SDA)yang sedikit. Seperti negara Kongo dan Afghanistan. Langkah yang harus dilakukan pemerintah Kongo dan Afghanistan untuk mengatasi kemiskinan dinegaranya yaitu dengan cara pembangunan walaupun prosesnya tidak terlalu cepat. 
kegiatan United Nations Development Programme sebagai lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mengantisipasi kemiskinan yang akan merebak dinegara-negara terbelakang dan sedang berkembang dengan upaya pencapaian Millenium Development Goals yaitu menjaga kegiatan ekonomi nasional, meningkatkatkan akses negara miskin terhadap pelayanan dasar seperti, pendidikan, kesehatan dan gizi, membangun dan mengembangkan sistem perlindungan sosial, serta menghilangkan inter-regional dispority.



DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Haralambos M. 1980.  Sociology Themes and Perspectives. New York: University Tutorial Press.
Nazara Suahasi. 1997. Garis Kemiskinan dan Pengentasan Kemiskinan Kerangka Teori Foster-Greer-Thorbecke. Jakarta: Erlangga.
Sachs, Jeffrey. 2005. The End of Poverty: How We can Make it Happen in Our Lifetime, New York: Penguin Book
Todaro. 2004. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Vattimo. 2004. the Capacity of United Nations Development System, United Nations.  New York:  Penguin Book.
Winarno. 2011. Isu-isu Global. Yogjakarta: CAPS.


INTERNET
Id.tradingeconomics.com
www.academia.edu
www.forestpeoples.org
www.lfip.org
www.scribd.com
www.undp.org
www.un.org



1 komentar:

  1. Indonesia 's economy since the economic crisis in mid-1997 made ​​a condition of employment Indonesia participated deteriorated . Since then , Indonesia's economic growth also never reach 7-8 percent .
    togel singapore

    BalasHapus